Circular Fashion: Apa Itu & Apa Hubungannya dengan Thrifting?
RewearNews
11/26/2025


Circular Fashion: Apa Itu & Apa Hubungannya dengan Thrifting?
Circular fashion semakin sering dibahas di dunia mode, terutama ketika isu limbah tekstil, fast fashion, dan thrifting makin jadi perhatian publik. Banyak orang mengenal thrift sebagai cara belanja yang lebih murah dan unik, tetapi jarang yang benar-benar memahami bahwa thrifting punya peran besar dalam mendukung sistem mode berkelanjutan — yaitu circular fashion.
Apa Itu Circular Fashion?
Circular fashion adalah konsep yang menerapkan prinsip ekonomi sirkular ke dalam industri fashion. Berbeda dari pola lama “beli → pakai → buang”, circular fashion berusaha membuat pakaian terus berada dalam lingkaran penggunaan selama mungkin.
Dalam sistem sirkular, pakaian:
Dirancang agar lebih awet, mudah diperbaiki, dan tidak cepat rusak.
Dipakai lebih lama, dialihkan ke pemilik berikutnya (resale/thrifting), atau disewakan.
Diperbaiki sebelum dibuang.
Didaur ulang materialnya ketika sudah tidak bisa dipakai lagi.
Tujuan akhirnya sederhana: mengurangi produksi pakaian baru, menekan limbah tekstil, dan menurunkan emisi industri fashion — salah satu industri paling polutif di dunia.
Fakta & Data: Mengapa Circular Fashion Dibutuhkan?
Beberapa data global dan nasional menunjukkan bahwa industri fashion berada dalam kondisi kritis:
1. Limbah tekstil global
Produksi tekstil dunia menghasilkan puluhan juta ton limbah setiap tahun. Sebagian besar berakhir di landfill atau incinerator, dan hanya sebagian kecil yang benar-benar didaur ulang.
2. Pertumbuhan pasar pakaian
Industri fast fashion membuat pakaian diproduksi jauh lebih cepat daripada kemampuan bumi untuk mengelolanya. Konsumsi yang meningkat, umur pakai yang menurun.
3. Indonesia menghasilkan limbah tekstil yang sangat besar
Analisis berbasis data nasional menunjukkan Indonesia menghasilkan lebih dari 1,8 juta ton limbah tekstil setiap tahunnya, dan sebagian besar tidak tertangani dengan baik. Banyak yang berakhir di TPA, sungai, atau dibakar.
Data-data tersebut menunjukkan satu hal: kita butuh perubahan pola konsumsi dan produksi — dan circular fashion menawarkan solusinya.
Bagaimana Circular Fashion Bekerja?
Circular fashion berjalan melalui tiga pilar utama:
1. Design for longevity
Brand didorong untuk menciptakan pakaian yang lebih tahan lama, bisa diperbaiki, dan menggunakan bahan yang mudah didaur ulang.
2. Extend the lifecycle (reuse, resale, thrift, repair)
Ini adalah area di mana thrifting memiliki peran besar. Dengan memperpanjang umur pakaian, kita mencegah lahirnya limbah baru dan mengurangi kebutuhan produksi barang baru.
3. Recycling & upcycling
Ketika pakaian tidak bisa digunakan lagi, materialnya diolah kembali menjadi serat tekstil baru atau produk lain. Sayangnya, fasilitas daur ulang tekstil di Indonesia masih terbatas — dan inilah mengapa reuse menjadi strategi paling efektif saat ini.
Apa Hubungan Circular Fashion dengan Thrifting?
Di sinilah topik ini jadi semakin relevan.
1. Thrifting = Perpanjang umur pakaian
Setiap kali kita membeli pakaian bekas dan memakainya kembali, umur pakai pakaian tersebut makin panjang. Semakin lama masa pakai, semakin kecil jejak lingkungan yang dihasilkan satu produk.
2. Mengurangi permintaan pakaian baru
Jika thrifting benar-benar menggantikan pembelian produk baru, maka produksi fast fashion otomatis bisa berkurang. Ini menekan penggunaan energi, air, dan emisi karbon.
3. Lebih ramah dompet dan lingkungan
Pakaian berkualitas tinggi, vintage, atau branded bisa ditemukan dengan harga jauh lebih terjangkau. Konsumen mendapatkan kualitas, lingkungan mendapatkan manfaat.
4. Mendukung ekonomi lokal
Toko thrift, pasar preloved, dan platform resale menciptakan lapangan kerja baru dan peluang bisnis yang tidak bergantung pada produksi baru.
Tapi… Apakah Thrifting Saja Sudah Cukup?
Sayangnya belum.
Circular fashion adalah sistem besar yang memerlukan:
Desain produk yang lebih berkelanjutan
Infrastruktur daur ulang tekstil
Kebijakan pemerintah
Edukasi konsumen agar tidak overconsumption, bahkan dalam thrifting
Jika thrifting hanya menambah jumlah baju di lemari tanpa mengurangi pembelian baru, maka dampaknya tidak optimal. Circularity butuh keseimbangan.
Bagaimana Konsumen Bisa Berkontribusi?
1. Prioritaskan membeli second-hand
Mulai dari thrift, preloved marketplace, hingga swap.
2. Rawat pakaian dengan baik
Cuci secukupnya, perbaiki jika rusak.
3. Kurangi impulse buying
Pikir dua kali sebelum membeli baru.
4. Dukung brand berkelanjutan
Pilih brand yang punya program repair, take-back, atau menggunakan material ramah lingkungan.
Circular fashion dan thrifting pada dasarnya mengajak kita melihat pakaian dengan cara yang lebih bijak—bahwa sebuah baju tidak berhenti di tangan kita saja. Setiap keputusan kecil, mulai dari memilih second-hand hingga merawat pakaian dengan lebih baik, membantu memperpanjang siklus hidup produk dan mengurangi tekanan pada bumi.
