Beberapa Isitilah Dalam Dunia Thirft
RewearNews
11/21/2025


Istilah-Istilah yang Jarang Digunakan Saat Thrifting
Kalau ngomongin thrifting, pasti yang kebayang langsung baju-baju unik, harga miring, dan sensasi nemu “harta karun” di tumpukan barang bekas. Tapi sebenarnya, dunia thrifting itu jauh lebih luas dari sekadar beli barang murah. Di blog ini, kita bakal bahas mulai dari makna thrifting, cara pakainya dalam kehidupan sehari-hari, sampai kenapa tren ini makin rame belakangan. Jadi sebelum masuk ke topik-topik seru di bawah, kita mulai dulu dari dasar biar pembahasannya nyambung semua.
Thrift / Thrifting
Thrift secara harfiah berarti “hemat” dalam bahasa Inggris. Di dunia fashion, thrift merujuk pada barang bekas (secondhand) yang masih layak pakai.
Thrifting adalah kegiatan berburu barang-barang thrift — bisa di toko barang bekas, pasar loak, online, dan sebagainya.
Tren thrifting juga dianggap sebagai gaya hidup berkelanjutan karena memperpanjang umur pakaian dan mengurangi limbah tekstil.
Thrift Shop
Tempat (offline atau online) yang menjual barang bekas / thrift.
Menurut riset lokal, thrift shop kini populer di kalangan muda dan bisa menjadi pilihan fashion ekonomis.
Preloved
Barang bekas yang dijual kembali oleh pemilik sebelumnya (personal use).
Seringkali kondisinya lebih baik dibanding barang thrift impor karena perawatan pemilik sebelumnya.
Dalam konteks Indonesia, perbedaan “thrift” vs “preloved” penting: thrift bisa berarti barang bekas impor dalam jumlah besar (bal-balan), sedangkan preloved lebih ke barang personal.
Consignment / Konsinyasi
Model penjualan di mana pemilik barang (consignor) menitipkan barangnya ke pihak ketiga (consignee) untuk dijual.
Pemilik hanya mendapatkan uang jika barangnya laku, dan biasanya ada periode tertentu (misalnya 60–90 hari) untuk masa konsinyasi.
Dalam thrifting, konsinyasi berarti ada penjual profesional (toko thrift) yang menjual barang bekas orang lain, bukan hanya menjual barang donasi.
Charity Shop
Toko yang dijalankan organisasi nirlaba / amal, menjual barang donasi (termasuk pakaian, buku, dsb).
Keuntungan bagi masyarakat: barang bekas bisa dijual dengan harga lebih rendah, sementara hasil penjualan mendukung kegiatan amal.
Di beberapa negara, “charity shop” sama dengan thrift store.
Curated Thrift
Konsep thrift shop di mana barang bekas dipilih dengan cermat (“curated”) untuk kualitas, brand, atau kelayakan gaya.
Biasanya curated thrift menjual barang bekas yang lebih “rapi”, layak pakai, dan menarik, sehingga pengalaman belanja lebih premium daripada pasar loak biasa.
Upcycling
Proses mengubah barang bekas menjadi sesuatu yang lebih bernilai, bukan hanya menjual ulang, tetapi melakukan transformasi kreatif.
Dalam konteks pakaian thrift, upcycling bisa berupa memotong, menjahit ulang, atau memberi warna ulang untuk menciptakan desain baru.
Berbeda dengan daur ulang (“recycling”) karena upcycling menambah nilai, bukan menurunkannya.
Downcycling
Kebalikan dari upcycling: barang bekas diolah menjadi produk dengan kualitas lebih rendah (misalnya limbah tekstil dijadikan isi bantal).
Istilah ini lebih jarang muncul di dunia thrifting “fashion”, tapi sering dibahas dalam konteks daur ulang material secara umum.
Thrift Store Chic
Gaya berpakaian di mana pakaian murah atau bekas (thrift) digunakan dengan estetika tertentu — bukan sekadar hemat, tapi juga sebagai pernyataan gaya.
Ini bisa menjadi gerakan anti-fashion atau gaya yang tidak mengikuti tren mainstream: menggabungkan unsur vintage, grunge, atau “dipilih karena murah tapi unik”.
Ngawul / Awul-Awul
Istilah lokal di Indonesia (terutama di Jawa) untuk thrifting: “awul-awul” artinya tumpukan barang bekas yang diacak, “ngawul” berarti mencari barang dalam tumpukan itu.
Di beberapa kota lain ada juga istilah lokal: misalnya di Surabaya disebut “obok-obok”, di Malang “dalbo”
Fenomena ini menunjukkan bahwa thrifting bukan tren baru di Indonesia, tapi punya akar lokal kuat.
Recommerce
Istilah bisnis modern di mana merek atau platform menjual barang bekas sebagai bagian dari model bisnis (resale terstruktur).
Ini lebih “formal” daripada sekadar thrift: bisa platform branded recommerce, di mana produsen atau toko resmi ikut menjual barang secondhand.
Recommerce berkontribusi pada ekonomi sirkular dan keberlanjutan (sustainability).
